Pendidikan Menghadapi Tantangan Digital: Kesenjangan Akses dan Keterampilan

Di era digital, pendidikan menghadapi tantangan besar berupa kesenjangan akses teknologi, terutama di daerah terpencil. Meskipun teknologi menawarkan potensi besar untuk pembelajaran, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua siswa dan guru memiliki kesempatan yang sama. Kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi juga menjadi hambatan, menyoroti kebutuhan akan literasi digital yang merata di seluruh lapisan masyarakat pendidik, dan juga untuk para peserta didik.

Kesenjangan distribusi akses teknologi ini sangat terasa di beberapa daerah terpencil. Infrastruktur internet yang terbatas, ketersediaan perangkat keras seperti komputer atau tablet yang minim, dan listrik yang tidak stabil menghalangi siswa untuk mengakses sumber belajar daring. Akibatnya, mereka tertinggal dalam mengikuti perkembangan kurikulum yang semakin mengintegrasikan teknologi, memperlebar jurang antara siswa kota dan daerah.

Selain masalah akses, pendidikan menghadapi tantangan berupa keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten dalam literasi digital. Banyak guru, terutama yang senior, belum sepenuhnya menguasai penggunaan teknologi untuk tujuan pembelajaran. Mereka mungkin belum terbiasa dengan platform daring, perangkat lunak edukasi, atau bahkan cara mengelola kelas virtual secara efektif, sehingga membutuhkan pelatihan yang lebih lanjut.

Hal ini menciptakan situasi di mana meskipun ada perangkat, potensi teknologi tidak termanfaatkan secara optimal. Kurangnya pengawasan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi guru memperparuk masalah ini. Program peningkatan literasi digital bagi guru seringkali bersifat sporadis atau tidak sesuai dengan kebutuhan riil mereka, sehingga tidak efektif dan tidak tepat sasaran.

Dampak dari tantangan ini tercermin dalam Laporan Rapor Pendidikan. Tingkat literasi digital siswa, terutama di daerah terpencil, mungkin tidak setinggi yang diharapkan. Ini menghambat mereka dalam mengakses informasi, berkomunikasi, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat digital. Keterampilan ini sangat penting untuk masa depan mereka di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, yang semakin tergantung pada teknologi digital.

Untuk mengatasi ini, Pemerintah Provinsi dan pusat harus menggalakkan program pemerataan akses teknologi. Ini bisa berupa pembangunan infrastruktur internet yang lebih luas, penyediaan perangkat yang terjangkau, atau subsidi untuk konektivitas. Prioritas anggaran juga harus dialokasikan untuk mendukung inisiatif ini, memastikan tidak ada siswa yang tertinggal karena masalah teknis, demi pemerataan akses pendidikan.

Selain itu, program pelatihan literasi digital yang komprehensif dan berkelanjutan bagi guru harus menjadi prioritas. Materi pelatihan harus relevan dan praktis, mencakup penggunaan berbagai alat digital untuk pengajaran dan pembelajaran. Dukungan dari Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan juga penting untuk memastikan semua guru mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mereka.